
pasecrets – Stadion Patriot Candrabhaga di Bekasi, Jawa Barat, kembali menjadi sorotan setelah dua pemain sepak bola, Rizky Ridho (bintang Timnas Indonesia) dan Carlos Pena (gelandang asal Spanyol yang bermain di Liga 1 Indonesia), menyuarakan kritik pedas terhadap kondisi rumput stadion pascarenovasi. Keduanya menyebut permukaan lapangan tidak layak digunakan untuk pertandingan profesional, memicu perdebatan tentang kualitas pekerjaan revitalisasi dan akuntabilitas pengelolaan fasilitas olahraga di Indonesia.
Latar Belakang Renovasi Stadion
Stadion Patriot Candrabhaga, yang berkapasitas 30.000 penonton, menjalani proyek renovasi besar-besaran sejak awal 2023. Pemerintah Kota Bekasi mengalokasikan dana sekitar Rp150 miliar untuk memperbaiki tribun, sistem drainase, lampu sorot, dan permukaan lapangan. Renovasi ditujukan agar stadion memenuhi standar FIFA guna menjadi tuan rumah pertandingan internasional. Proyek ini diharapkan selesai pada Oktober 2023, tetapi hingga November 2023, sejumlah masalah teknis masih muncul, terutama terkait kualitas rumput.
Kritik dari Rizky Ridho dan Carlos Pena
Dalam unggahan media sosial, Rizky Ridho membagikan foto kondisi rumput yang tidak rata, berpasir, dan terdapat area berlubang. “Ini hasil renovasi? Pemain bisa cedera karena permukaan tidak stabil. Bagaimana mau latihan atau main serius di sini?” tulisnya. Kritikan serupa disampaikan Carlos Pena usai uji coba lapangan bersama klubnya: “Rumputnya terlalu keras dan tidak rata. Di Eropa, lapangan seperti ini tidak akan lolos verifikasi liga.”
Kedua pemain menekankan bahwa kualitas lapangan adalah faktor krusial bagi keselamatan atlet dan kualitas pertandingan. Menurut mereka, permukaan yang buruk berisiko meningkatkan cedera ligamen, keseleo, atau bahkan patah tulang.
Respons Pengelola Stadion dan Pemerintah
Pengelola Stadion Patriot Candrabhaga membantah kelalaian dan menyatakan bahwa rumput masih dalam masa perawatan pascapemasangan. “Kami menggunakan rumput jenis Zoysia Matrella yang membutuhkan waktu 3-4 bulan untuk tumbuh optimal. Masalah yang ada akan diperbaiki sebelum stadion diresmikan,” kata perwakilan pengelola.
Sementara itu, Dinas PUPR Kota Bekasi mengklaim bahwa semua tahapan renovasi telah sesuai spesifikasi teknis. Mereka menduga kerusakan rumput terjadi akibat cuaca ekstrem dan aktivitas uji coba lapangan yang terlalu intensif.
Analisis Ahisi Lapangan
Dr. Agus Suryanto, pakar manajemen lapangan sepak bola dari Institut Pertanian Bogor (IPB), menjelaskan bahwa kesalahan umum dalam proyek rumput stadion adalah pemilihan jenis rumput yang tidak sesuai iklim atau penanaman yang terburu-buru. “Zoysia Matrella memang tahan panas, tetapi proses instalasinya harus hati-hati. Drainase yang buruk atau lapisan tanah yang tidak dipadatkan bisa menyebabkan permukaan tidak rata,” ujarnya.
Selain itu, standar FIFA mensyaratkan ketebalan rumput minimal 25 cm dengan kerapatan tertentu. Jika syarat ini tidak terpenuhi, lapangan berisiko menjadi licin atau keras saat hujan atau panas.
Dampak dan Rekomendasi
Kritik ini menyoroti lemahnya pengawasan proyek infrastruktur olahraga di Indonesia. Beberapa rekomendasi yang diajukan ahli meliputi:
- Pelibatan ahli agronomi (ilmu tanah dan tanaman) dalam perencanaan lapangan.
- Uji coba lapangan secara berkala dengan melibatkan pemain dan pelatih.
- Transparansi anggaran dan proses tender untuk menghindari praktik korupsi.
Kasus Stadion Patriot Candrabhaga menjadi pengingat bahwa renovasi stadion bukan hanya tentang estetika tribun atau fasilitas pendukung, tetapi juga kualitas lapangan sebagai jantung pertandingan. Tanpa standar yang jelas dan pengawasan ketat, investasi besar justru berpotensi membahayakan atlet dan merusak citra sepak bola nasional. Pemerintah dan pengelola perlu mengambil langkah korektif segera agar stadion tidak hanya megah, tetapi juga fungsional dan aman.